Just another free Blogger theme

Wednesday, May 2, 2018

Ada ungkapan yang mengatakan di balik kebesaran dan kesuksesan seorang pria atau suami, ada perempuan berjiwa besar di sampingnya. Ini bukanlah ungkapan keliru dan bukan pula penyemangat bagi para perempuan dalam mendampingi suaminya. Posisi perempuan (istri) di samping suaminya bukan hanya sekedar memberikan pelayanan secara maksimal sebagaimana peran istri, akan tetapi dia menjadi partner suami dalam menggerakkan bahtera rumah tangga yang mereka jalani. Mungkin cita- cita perempuan yang mereka anggap istimewa adalah menjadi ibu bagi anak- anaknya, mengasuhnya, dan membesarkannya. Akan tetapi lebih dari itu sejumlah peradaban menjadi besar yang dibangun oleh orang- orang besar yang tak lepas dari peranan perempuan.
Dalam sejarah Islam, dimasa jahiliyah sering kita menjumpai kisah- kisah sejarah. Bahwa seorang bapak yang mengetahui istrinya melahirkan bayi perempuan maka dia sangat malu dan akhirnya bayi- bayi itu di kubur hidup- hidup. Dan masih banyak lagi kisah- kisah yang kita dengar yang seperti itu. Menurut hemat kami, barangkali ini terlalu dilebih- lebihkan.  Memang perempuan pada saat itu kurang mendapat tempat karena yang paling kuat adalah kaum lelaki. Sehingga tokoh- tokoh Quraisy yang memiliki anak laki- laki dalam jumlah banyak  tampak merasa bangga. Sebut saja tokoh Quraisy seperti Walid bin Mughirah yang memiliki banyak anak laki- laki tampak menjadi sombong sehingga Allah menurunkan ayat al Qur’an yang membicarakan tentang perilakunya. Hal ini membuktikan bahwa perempuan pada saat itu lemah dan kurang mendapat tempat. Lalu Islam mengangkat derajatnya dengan menjadikan perempuan sebagai orang pertama menerima al Qur’an. Dan orang yang mati syahid pertama adalah seorang budak perempuan, Sumayyah.
Dalam sejarah peradaban ummat manusia kita bisa melihat peranan kaum perempuan yang berjiwa besar yang turut andil di dalam menentukan sejarah. Kita bisa melihat bagaimana kebesaran hati dan perjuangan seorang Sitti Hajar (ibunda Ismail, AS) ketika beliau berada di lembah Makkah yang pada saat itu belum ada kehidupan di sana. Tapi beliau tetap tabah membesarkan Ismail. Lalu betapa besar kesetiaan Sitti Khadijh RA dalam menemani dan mendampingi Rasulullah SAW sampai akhir hayatnya, sehingga setelah beliau meninggal, gangguan demi gangguan dari orang- orang Quraisy dialami Rasulullah. Dan tahun meninggalnya Sitti Khadijah RA dikenal dengan tahun kesedihan. Nabi bersabda: Allah membangunkan sebuah rumah di syurga. Dua perempuan ini harus menjadi panutan bagi para muslimah diseluruh dunia. Kita juga bisa melihat betapa besar keberanian Safiyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah dari garis keluarga ayahnya. Beliau tidak gentar berhadapan dengan tentara- tentara Quraisy dan menjadi perempuan perisai Rasulullah dalam perang Uhud.
Dalam sejarah Indonesia sejumlah tokoh perempuan ikut berjuang baik pada masa penjajahan maupun pada masa sekarang. Sebut saja Cut Nyak Dhin, Cut Meutiah, Laksamana Malahayati, srikandi- srikandi dari Ace ini berjuang melawan Belanda. Sehingga mereka pun dikukuhkan sebagai pahlawan nasional. Dari Jawa ada Nyi Ageng Serang, Dewi Sartika, dan lain- lain. Dari wilayah timur Indonesia, muncul pahlawan- pahlawan perempuan seperti Tenriabeng, Martha Christina Tiahahu, dan lain- lain. Mereka ini adalah perempuan- perempuan yang memainkan peran untuk Negara. Dan pada masa pergerakan kemerdekaan, Fatmawati, istri pertama presiden Soekarno, ibu Negara pertama, setia mendampingi Bung Karno dalam menyiapkan keperluan- keperluan untuk Indonesia merdeka.
Dan dimasa sekarang pun peranan kaum perempuan tetap nampak. Mereka memperjuangkan nasib masyarakt kelas bawah, baik melalui organisasi, maupun perorangan. Yang paling terkenal di kalangan para aktifis adalah Marsina. Beliau ini adalah seorang aktifis perempuan yang memperjuangkan nasib kaum buruh disebuah perusahaan. Lalu ada nama Mira Sumiati, presiden Aspek Indonesia juga memperjuangkan nasib kaum buruh. Beliau mengiginkan tenaga kerja lokal lebih diperhatikan.

Demikian tulisan kami semoga bermamfaat.