Mungkin
banyak orang yang bertanya ataupun meledek, “apa sich gunanya mendaki gunung. Emangnya
nggak ada pekerjaan lain”. “daripada bertualang ke hutan, kan lebih enak ke
mall”. “ahh bertualang, tinggal di tenda- tenda, kehujanan, kedinginan, mending
tinggal di rumah aja tidur di kasur empuk”. Mungkin ledekan- ledekan seperti
ini sering terdengar oleh para ‘pendekar’ petualang ataupun pendaki. Tapi biarlah.
Memang,
manusia terdiri atas berbagai tipe. Ada yang hobby ke mall- mall, ke pantai,
atau ke tempat- tempat hiburan. Adapula manusia yang suka bertualang, mendaki,
dan lain- lain. Manusia tipe seperti ini di kelompokkan sebagai manusia pekerja
dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Karena dengan mendaki gunung ataupun
bertualang banyak pelajaran yang akan diperoleh. Mendaki gunung sebenarnya adalah menaklukkan
ego, melawan keangkuhan diri. Selama ini kita merasa hebat, bernyali besar, akan
tetapi ketika kita melakukan pendakian, diri kita hanya seperti kawanan semut
yang hanya mampu merayap diantara rimbunan pepohonan. Berarti tidak ada yang
perlu disombongkan. Kita hanyalah manusia biasa yang tidak berdaya melawan alam
apalagi melawan pencipta- Nya. Disanalah nyali kita teruji.
Mungkin
selama ini di hati kita ada penyakit yang suka mementingkan diri sendiri atau
egois, tetapi di tengah- tengah rimba sifat itu akan terbuang. Bayangkan! Ketika
para pendaki sudah ada di tengah- tengah hutan rimba, tinggal di tenda- tenda,
maka kondisi inilah yang mendidiknya untuk menghilangkan sifat egois yang
selama ini bersarang di hatinya. Mendaki gunung dan bertualang mendidik dan
melatih kita untuk peduli terhadap sesama. Bayangkan lagi! Ketika para pendaki
sudah berjalan menyusuri lereng- lereng untuk sampai di puncak, ada teman yang
kesusahan, maka segera di berikan pertolongan.
Mendaki
gunung ataupun kegiatan petualangan lainnya mendidik kita untuk mandiri. Selama
ini di rumah kita, mungkin kita tergantung kepada orang tua, tetapi di alam
semuanya akan kita jalani sesuai dengan kondisi. Karena di alam tidak ada yang bisa
kita lakukan sebagaimana saudara- saudara kita yang suka ke mall- mall. Tetapi semuanya
ini akan membuat kita berpikir bagaimana seharusnya hidup dalam kekurangan.
Mendaki
gunung dan bertualang akan membuat kita saling mengenal diantara sesama. Dalam situasi
yang sedang dihadapi seperti lelah, haus, lapar, kedinginan, tersesat, dan
lain- lain. Maka disitulah akan muncul karakter- karakter yang sebenarnya. Namun
karakter- karakter negative akan hilang karena seiring dengan situasi dan
kondisi yang dialami bersama.
Mendaki
gunung akan membuat kita mengenal siapa pencipta gunung dan alam yang maha luas
ini. Di atas puncak kita bertafakur dan memandang kesekeliling kita lalu kita
sadar. Dan dari kesadaran itu akan muncul sifat rendah hati karena sebenarnya
kita ini kecil di hadapan- Nya.